Tampilkan postingan dengan label Hijir Ismail. Tampilkan semua postingan

Hijir Ismail


Hijir Ismail


Hijir Ismail  juga disebut dengan Hijir Ka’bah, yaitu bagian yang ditinggalkan kaum Quraiys ketika pembangunan ulang Ka’bah dari fondasi Ibrahim.

Untuk menandai bahwa tempat tersebut bagian dari Ka’bah, mereka membuat pembatas (hijir) di atas tempat itu. Karena itulah dinamakan Hijir.

Akan tetapi, terdapat tambahan batas Baitullah padanya. Dalam hadits disebutkan, tambahan itu sepanjang tujuh hasta. Tempat ini pernah diikutkan lagi dalam bangunan Ka’bah oleh Ibnu Az-Zubair. Namun, tatkala dihancurkan Al-Hajjaj Ats-Tsaqafi, tempat ini kembali seperti ukuran semula.

Di Hijir (sekarang disebut Hijir Ismail) juga disebutkan terdapat kuburan Hajar, ibunda Ismail. Namun, kabar ini tidak pasti, sebagaimana ditegaskan para ulama.

Menurut Aram bin Al-Ashbagh, Hijir Ismail merupakan pinggiran Kota Madinah. Rahadiyah berkata, “Di hadapan Madinah ada sebuah desa yang disebut dengan Hijir. Di desa itu, terdapat beberapa mata air dan sumur-sumur milik Bani Sulaim secara khusus. Di hadapannya ada sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi yang disebut Puncak Hijir.” (Atlas Haji & Umrah karya Sami bin Abdullah Al-Maghlouth)


Kisah Dibalik Cerita Hijir Ismail


Kita sering mendengar tentang Hijir Ismail. Hijir Ismail adalah suatu tempat dimana Ibrahim as meletakan istrinya Hajar dan putranya Ismail. Ada pula yang meriwayatkan bahwa nabi Ismail as dan ibunya dikubur di Hijir Ismail. Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa Hijir ismail atau Hathim ini adalah bagian dari kabah (kira-kira 3 meter) oleh sebab itu tidak sah thawaf seseorang jika hanya mengelilingi Ka’bah tapi harus juga mengelilingi Hijir Ismail.

Walau posisinya di luar Ka'bah, namun masih merupakan bagan dari ka'bah. Hal ini diperkuat dengan
riwayat dari Aisyah ra. bahwasanya beliau berkata:”Aku ingin sekali masuk ke kabah dan sholat didalamnya, lalu rasulullah saw. menarik tanganku dan membawanya ke dalam hijir ismail, sambil berkata:”Sholatlah di dalamnya jika engkau ingin masuk kabah, karena ia merupakan bagian dari Ka’bah”. Di dalam Hijir Ismail yang kecil itulah orang berebutan masuk, shalat dan berdoa meminta apa saja sesuai dengan hajat masing-masing. Konon do’a yang paling mustajab di Hijir Ismail dilakukan di bawah talang air.

Sejak terpisahnya dari dari Ka’bah, Hijir Ismail mengalami perbaikan. Dan orang yang pertama kali memperbaiki Hijir Ismail dengan memasang marmer pada pilar Hijir adalah Abu Ja’far Manshur, khalifah Bani Abbasiah, pada tahun 140 H. Demikian seterusnya Hijir Ismail mengalami pembaharuan dari tahun ke tahun sampai sekarang ini.