Tampilkan postingan dengan label ibadah haji. Tampilkan semua postingan

Memahami pengertian ibadah haji



Ibadah Haji

Mitra haji dan umrah, apakah yang dimaksud dengan haji itu? Mungkin, begitulah pertanyaan yang muncul dari kita yang baru mengenal atau mendengar kata “haji”. Memang, bagi mereka yang pernah pergi ke tanah suci, haji bukan perkara asing lagi. Namun, bagi mereka yang awam tentu berbeda ceritanya. Oleh karena itu, bertanya tentang haji adalah sikap yang benar dan memang perlu dilakukan.

Tak perlu malu karena menanyakan sesuatu terkait ibadah adalah sikap yang seharusnya dilakukan. Sebelum melaksanakan sebuah amal, kita perlu tahu terlebih dahulu ilmu tentang amal yang akan dilakukan, baik dari sisi definisi maupun tata caranya. Nah, bagi calon jamaah haji dan umrah yang ingin mengenal ibadah haji, berikut penjelasannya.

Ditinjau dari sisi lughawinya, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Berdasarkan definisi dari segi estimologi (bahasa), haji berarti niat (Al Qasdu). Sementara menurut syara’, haji didefinisikan sebagai “niat menuju Baitul Haram dengan amal-amal yang khusus”. Selain Ka’bah dan Mas’a (tempat sa’i), tempat-tempat tertentu yang dimaksud dalam definisi di atas meliputi Padang Arafah (tempat wukuf), Muzdalifah (tempat mabit), dan Mina (tempat melontar jumroh).

Secara garis besar, haji diartikan dengan “berkunjung ke Baitullah untuk melakukan Thawaf, Sa’i, Wukuf di Arafah, dan melakukan amalan-amalan lain pada waktu tertentu (antara 1 syawal sampai 13 Dzul Hijjah) untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT”. Waktu tertentu yang dimaksud adalah bulan-bulan haji, mulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Amalan ibadah tertentu meliputi thawaf, sa’i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, dan mabit di Mina.

Dalam bukunya, Tip dan Trik Ibadah haji dan Umrah, Gus Arifin menuliskan bahwa ibadah haji merupakan rukun (tiang agama) islam yang kelima, setelah syahadat, shalat, zakat, dan puasa. Ibadah haji bisa disebut dengan bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim yang mampu secara materi (terkait pembayaran ONH/BPIH), fisik, maupun keilmuan dengan berkunjung ke beberapa tempat di Arab Saudi dan melaksanakan beberapa kegiatan pada satu waktu yang telah ditentukan, yaitu pada bulan Dzulhijjah.

Demikianlah  pengertian dari ibadah haji.  Selanjutnya, kita perlu mengetahui bahwa ibadah haji ada tiga macam. Ketiganya dibedakan berdasarkan niat dan tata caranya.
Jenis-jenis haji

1. Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, jamaah tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.

2. Haji tamattu’, mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, selain ber-tahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, pada tahun yang sama. Tamattu’ juga bisa diartikan melaksanakan ibadah pada bulan-bulan dalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.

3. Haji qiran, berarti menggabungkan, menyatukan, atau menyekaliguskan. Maksudnya, dengan menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran berarti melakukan dua thawaf dan dua sa’i.

Syarat, rukun, dan wajib haji

Berbicara tentang ibadah tentu tidak terlepas dari pembahasan tata caranya. Begitu pula dengan haji. Ada syarat, rukun, dan wajib haji yang harus diketahui. Sebab jika tidak dipenuhi, hal tersebut akan menimbulkan konsekuensi hukum secara syar’i, baik berupa pembayaran dam (denda) atau pun ibadah hajinya menjadi tidak sah.

Syarat haji:

1) Islam
2) Dewasa( baligh)
3) Berakal Sehat
4) Orang merdeka (bukan budak)
5) Mampu artinya mampu dalam hal biaya, kesehatan, keamanan, dan nafkah bagi keluarga yang ditinggalkan

Rukun haji:

Rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang wajib dilakukan ketika berhaji dengan dilakukan secara berurutan dan menyeluruh. Jika salah satunya ditinggalkan maka hajinya dinyatakan tidak sah. Adapun rukun haji meliputi:
1) Ihram;
2) wukuf di Arafah;
3) thawaf iffadah;
4) sa' i, yaitu berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan bukit Marwa;
5) mencukur rambut di kepala (memotongnya sebagian);
6) tertib.

Wajib haji

Wajib haji merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji sebagai pelengkap rukun haji. Jika salah satu wajib haji tidak dikerjakan, terdapat kewajiban membayar dam (denda). Adapun wajib haji meliputi hal berikut.

1) Niat Ihram. Niat ihram berlaku untuk haji atau umrah dari Miqat Makani, yang dilakukan setelah berpakaian ihram.
2) Mabit. Mabit berarti bermalam di Muzdalifah pada tanggal 10 Dzulhijjah (dalam perjalanan dari Arafah menuju Mina).
3) Melontar Jumrah Aqabah. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah.
4) Mabit di Mina, dilakukan pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (hari Tasyrik).
5) Melontar JumrahUla, Wustha, dan Aqabah pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
6) Mencukur rambut.
7) Thawaf wada'. Thawaf wada’ artinya melakukan tawaf perpisahan sebelum meninggalkan kota Mekah.

Nah, itulah beberapa hal utama dalam haji yang perlu diketahui. Tentunya, ada hal lain terkait teknis pelaksanaan ibadah haji seperti bagaimana melakukan thawaf, sa’i, bercukur, dan sebagainya. Beberapa hal tersebut bisa kita ketahui bersama dalam artikel lain yang bisa dicari dalam website ini. Selamat mengikuti.

Doa dan Air Mata


Perhatikan dengan hati paling bening. Betapa kita jarang menyatakan kerinduan cinta kepada Sang Khaliq dengan rintihan dan air mata. Hari-hari dipenuhi dengan kesenangan dan hura-hura. Hidup seakan tak menemukan wajah sejatinya karena didera tawa yang menutup bashirah (mata batinnya) untuk menatap wajah Ilahi. Padahal, sungguh pada setiap desah napas adalah untaian langkah perjalanan menuju hari akhir.
 
Teringatlah kita akan sikap mahabbah penuh cinta para perindu Ilahi. Siang hari, ia mengepakkan sayap kehidupannya dengan penuh marhamah (kasih sayang), bagaikan singa jantan ia menundukkan dunianya. Tetapi, bila kelambu malam menyelimuti dirinya, ia pun meneteskan air mata, merintih penuh harap dan takut, bagaikan anak kucing yang merindu dalam dekapan induknya.

Seorang Ibu berdoa dengan khusyu' di Arafah, Haji 1432H
Alangkah indahnya tetesan air mata yang merembes dari kelopak mata karena takut, cemas, dan penuh harap ke hadirat Ilahi. Sejatinya, memang tangisan itu adalah bahasa batin. Ungkapan kalimat yang tidak mungkin diungkapkan dan diartikulasikan sepenuhnya dengan bahasa lisan. Allah berfirman, "Dan sujudlah mereka sambil menangis, dan bertambah khusyuk." (QS al-Isra’ [17]: 109). Tangisan yang muncul karena takut kepada Allah, akan menambah rasa khusyuk dan keyakinan bahwa dia akan terbebaskan dari beban yang berat di dunia dan di akhirat. Rasulullah SAW telah bersabda, “Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang yang pernah menangis karena takut kepada Allah.” (HR Tirmidzi dalam Riyaduh Shalihin, I/393).
  
Rasulullah SAW tidak hanya berkata-kata tentang betapa pentingnya menangis, tetapi beliau pun memberikan contoh kemuliaan akhlaknya dengan menunjukkan sikapnya bahwa menangis itu memang dibutuhkan. Ketika shalat dan berdoa, Rasul khusyuk dan tenggelam dalam kerinduan kepada Allah disertai dengan isak tangis yang merintih.
 
Imam Abu Dawud meriwayatkan, “Saya datang kepada Nabi SAW, sedangkan beliau melaksanakan shalat, maka terdengar napas tangisannya bagaikan suara air mendidih dalam bejana.” (HR Abu Daud dari Abdullah bin as-Sykhir RA dalam Riyadus Shalihin, I/394).

Hal serupa juga ditunjukkan Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah. Ali berkata, “Tetesan air mata dan ketakutan hati adalah bagian dari rahmat Allah saat berzikir kepada-Nya. Jika kamu mendapatkan kondisi ini, sampaikan doamu. Dan sekiranya ada seorang hamba dalam umat ini menangis, niscaya Allah SWT menyayangi umat itu karena zikirnya yang disertai tangisan.” (Biharul Anwar, 93: 336).
 
Menangislah dengan deraian air mata. Ia sangat diperlukan untuk menundukkan hati dan jiwa yang kaku karena tak pernah merasa takut kepada Allah. Menangislah, karena tangisanmu akan membawamu pada perasaan yang halus dan peka pada kehidupan.

Karena itu, saudaraku, iringilah doa-doamu dengan air mata. Adukan suka-dukamu kepada Allah dengan wajah basah dan hati gerimis. Karena sesungguhnya, di setiap tetes air matamu akan ada ijabah Ilahiyah yang tersenyum. Wallahu a’lam.

By. Husnul

Hikmah Perjalanan Ibadah Haji (Bagian 4)



41. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENCINTAI SELURUH NABI -alaihimus salam-, hal ini tampak dari :

* Pemenuhan panggilannya Nabi Ibrahim ketika memanggil manusia untuk melaksanakan ibadah haji. * Menziarahi ka'bah yang dibangun olehnya bersama Ismail. * Dan sa'i di jalannya siti hajar ketika mencarikan air untuk Isma'il.

42. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENJALANKAN MACAM-MACAM IBADAH, seperti: Thowaf, sa'i, sholat, mabit, melempar, menyembelih, tahallul, dll. Sehingga seorang muslim terdidik untuk tidak hanya terpaku dalam satu macam ibadah saja, tapi menjadikan agar ibadahnya bervariasi dan merasakan nikmatnya melakukan ibadah.

43. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENGAGUNGKAN ALLAH,

44. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENCINTAI ALLAH SWT.
     Siapapun yang mau merenungi pemandangan jutaan jama'ah ibadah haji, dan merenungi bagaimana Allah memberi mereka rizki, mengatur, menjaga, dan menanggung kebutuhan mereka, ini akan menuntunnya untuk mencintai-Nya. Dengan ini dan poin sebelum ini, akan terkumpul kecintaan dan pengagungan pada Allah, dan inilah hakekat dari ibadah.

45. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENGETAHUI JASA Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dan para sahabatnya -rodliallohu anhum- dalam menyebarkan agama ke seluruh penjuru dunia. Ketika anda merenungi jumlah jama'ah haji yang sangat besar itu, mereka memiliki daerah, warna, dan bahasa yang beragam, tentu anda akan tahu jasa para pendahulu dalam menyebarkan agama Alloh ini. Lihatlah bagaimana ia bisa sampai ke negara-negara Asia Timur, Afrika, bahkan Eropa. Semoga Alloh membalas mereka dengan balasan yang paling baik atas tugas berat yang diembannya dengan sebaik-baiknya, dan semoga Allah mengampuni kita atas kekurangan kita dalam meneruskannya, dan kita memohon kepada Allah SWT agar membantu kita dalam urusan ini.

46. MENDIDIK MANUSIA

47. MENDIDIK MANUSIA AGAR MERASAKAN PENGARUH IBADAH DALAM KEHIDUPAN INI. Meski dengan banyaknya jama'ah haji, adanya keramaian, berdesakan, berat, dan lelah, tetap saja jiwa orang-orang itu lembut, dan jarang terjadi masalah, suara tinggi, dan saling marah. Sebabnya adalah -wallohu a'lam-, karena ibadah yang sedang mereka lakukan, mempengaruhi keadaan jiwa mereka, hingga merubahnya menjadi jiwa yang tinggi, yang tidak peduli dengan hal-hal yang remeh.

Beda halnya dengan pemandangan di pasar misalnya, banyak sekali terjadi jeritan, dan suara yang tinggi, banyak pula terjadi masalah dan hal-hal buruk lainnya. Itu semua memberikan pelajaran berharga bagi seorang muslim, tentang adanya perbedaan yang jelas terlihat antara dua keadaan itu.

48. MENDIDIK MANUSIA UNTUK SELALU SADAR TANGGUNG JAWAB. Ketika terjadi kesalahan dari para jama'ah haji kadang sebagian kesalahannya dalam hal-hal yang diperkirakan semua orang tahu bahwa itu salah, ini mendidik muslim untuk sadar tanggung-jawab yang dibebankan di pundaknya untuk memberitahu saudaranya, menyodorkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka, dan menghilangkan kebodohan yang ada pada mereka. Penulis yakin inilah yang bisa memberi manfaat, bukan malah mencemooh atau menuduh yang bukan-bukan pada mereka yang salah.

49. MELATIH MANUSIA UNTUK BERJIHAD, DENGAN ADANYA MASYAQQOH, LELAH, DAN KEINGINAN HATI YANG TAK DITURUTI. Oleh karena itulah Nabi -shollallohu alaihi wasallam- menamainya jihad, sebagaimana dalam sabdanya: "Bagi kalian (para wanita) ada jihad yang tanpa perang, yaitu ibadah haji dan umroh" (HR. Bukhori)

50. MENDIDIK MANUSIA UNTUK BANGGA DENGAN AGAMA DAN KEISLAMANYA. Ini tampak dari keadaan setan di Hari Arofah, telah disebutkan dalam kitab Al-Muwaththo' karya Imam Malik, bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- pernah bersabda: "Tiada suatu haripun, yang saat itu setan terlihat paling kerdil, paling hina, dan paling marah, melebihi Hari Arafah" (dihasankan oleh Ibnu Abdil Barr -rohimahulloh-). Hal ini juga tampak dari bagaimana Allah membangga-banggakan hambanya yang sedang wukuf di Arafah di hadapan para malaikat, sebagaimana disebutkan dalam shohih muslim.

Akhirnya inilah sebagian pelajaran berharga dari hikmah ibadah haji untuk jiwa manusia, tentunya pelajaran yang belum kami sebutkan di sini jauh lebih banyak dari itu Aku memohon pada Alloh semoga menjadikan tulisan ini bermanfaat wallohu a'lam Akhir kata, semoga Allah memberikan sholawat dan salam-Nya pada Nabi kita Muhammad. -------------------------

Hikmah Pelajaran Ibadah Haji (Bagian 3)


26. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENEKAN SYAHWATNYA SECARA KHUSUS, oleh karena itu akad nikah menjadi larangan saat dalam keadaan ihram, bahkan sampai rofats dan jima' pun dilarang. Tidak diragukan, ini mendidik seorang muslim agar waspada dan hati-hati dengan syahwat ini.

27. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENUNAIKAN IBADAHNYA SESEMPURNA DAN SEBAIK MUNGKIN, oleh karena itu Allah berfirman: "Barangsiapa yang berkewajiban haji, maka janganlah ia melakukan rofats (hubungan suami istri), kefasikan, dan debat (kusir) dalam ibadah hajinya", beliau -shollallohu alaihi wasallam- juga bersabda: "Haji yang mabrur itu, tiada balasan lain baginya kecuali surga" (Muttafaqun Alaih). Ini semua mendidik muslim untuk menjaga kualitas ibadahnya.

28. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENYESUAIKAN DIRINYA SAAT KEADAAN DAN KEBIASAAN LINGKUNGANNYA BERUBAH. Tentunya sepanjang tahun jama'ah haji terbiasa melakukan sesuatu di negaranya, lalu ketika melakukan ibadah haji, ia harus memaksa dirinya untuk menyesuaikan dengan waktu dan jam yang sedang ia jalani. Inilah maksud dari arahan Umar r.a. saat mengatakan: "Prihatinlah, karena nikmat-nikmat yang ada itu tidak akan langgeng selamanya".

29. MENDIDIK MANUSIA UNTUK BANYAK BERDOA. Dalam manasik ibadah haji, disunnahkan bagi muslim untuk berdoa pada Tuhannya, di kebanyakan tempat yang dikunjunginya, misalnya:

* Saat thowaf. * Saat sholat sunat 2 rokaat setelah thowaf. * Saat minum air zamzam. * Saat naik ke bukit Shofa dan Marwa. * Saat di tengah-tengah pelaksanaan sa'i. * Saat Hari Arofah * Setelah terbit fajarnya hari nahr (tanggal 10 dzulhijjah) hingga langit menguning. * Setelah melempar dua jamarot, Shughro dan Wustho.

Dan tempat-tempat lainnya, itu semua mendidik seorang muslim untuk selalu mendekatkan diri pada Tuhannya dalam doa dan selalu kembali pada-Nya.

30. MENDIDIK MUSLIM UNTUK TA'ABBUD DENGAN SIFAT MAHA MENDENGAR DAN MAHA MELIHATNYA ALLOH TA'ALA, sebagaimana madzhabnya Ahlus sunnah wal jama'ah dalam menetapkan sifat dan maknanya, ini tampak dalam hal-hal berikut ini:

* Banyaknya bahasa yang beraneka ragam, suara yang berbeda-beda, kebutuhan yang bermacam-macam, pun begitu, Dia yang maha suci tetap mampu mendengarkan doanya ini, dan mengabulkan doanya itu, serta mengetahui seluruh bahasa mereka. * Dia maha tahu niat para jama'ah dalam melaksanakan ibadah haji yang berbeda-beda, dan seberapa tulus dan ikhlasnya mereka, meski jumlah mereka sangat banyak.

31. MELATIH MANUSIA, UNTUK TIDAK MENGANGGAP REMEH APAPUN YANG DIHARAMKAN ALLOH, oleh karena itulah dalam ibadah haji ini, ada beberapa kalimat yang diulang-ulang, diantaranya :

* Tanah haram. * Bulan haram. * Larangan-larangan ketika sedang ihram.

Dengan begitu seorang muslim terlatih untuk mengagungkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT dari sekian banyak sesuatu yang diharamkannya.

32. MELATIH MANUSIA UNTUK MENEGUHKAN PRINSIP "LOYAL PADA KAUM MUSLIMIN DAN BERLEPAS DIRI DARI KAUM KAFIRIN". Oleh karena itulah disunnahkan dalam sholat sunat setelah thowaf untuk membaca surat alkafirun, yang didalamnya menekankan dan menuangkan dasar prinsip ini.

Termasuk diantara bukti paling nampak dari petunjuk menyelisihi kaum musyrikin adalah, beranjaknya para jama'ah haji (dari Muzdalifah) sebelum terbitnya matahari.

33. MENDIDIK MANUSIA UNTUK TENANG, TERTIB, DAN MEMPRAKTEKKAN PRINSIP ITSAR (mendahulukan orang lain dalam hal duniawi). Oleh karena itulah dahulu Rosul -shollallohu alaihi wasallam- ketika meninggalkan Arafah menyabdakan: "tenang dan tenanglah", karena saat itu merupakan momen yang biasanya rame dan memungkinkan terjadinya saling menyakiti antara kaum muslimin.

Sifat waqor dan tenang adalah sifat yang selayaknya melekat pada diri seorang muslim, sebagaimana Allah memberikan sifat itu pada mereka dalam kitab-Nya: "yaitu mereka yang berjalan di atas bumi dengan sopan"

34. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENYATUKAN KATA, MESKI KEADAAN DAN CARA MANASIK MEREKA BERBEDA-BEDA. Ini merupakan dasar yang agung, dan ditunjukkan dalam banyak nash syariat dan juga tampak dari keadaan para sahabat -rodliallohu anhum-.

35. MELATIH MANUSIA UNTUK MENGINGAT HARI KIAMAT, yakni dengan banyaknya orang yang berkumpul saat itu, bahkan pada hari kiamat nanti, Allah akan mengumpulkan manusia dari awal hingga akhir penciptaan. Tak diragukan lagi, dengan mengingat hari kiamat, hati seorang muslim akan hidup dan memiliki pengaruh besar dalam kekhusyu'an dan ibadahnya.

36. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MEMPERHATIKAN DAN MENGHARGAI WAKTU. Hari arofah adalah kesempatan yang tak ada gantinya bila telah hilang, hari-hari tasyriq adalah hari-hari yang diperuntukkan untuk berdzikir (mengingat Allah), dan di 10 hari pertama bulan dzul hijjah amalan ibadah dilipat-gandakan pahalanya, itu semua melatih seorang muslim untuk memanfaatkan waktunya untuk apapun yang bermanfaat baginya.

37. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENJAGA UKHUWWAH IMANIYYAH, itu tampak dari bertemunya raga, yang akan menjadikan berkumpulnya hati, dan tentunya akan terlihat pengaruh pertalian persaudaraan itu dalam tingkah laku dan kehidupan sehari-hari.

38. MENGAJARI MANUSIA UNTUK MEWUJUDKAN LAHAN YANG RIIL UNTUK MENDIDIK JIWA, misalnya:

* Ibadah Haji adalah tempat untuk mendidik jiwa untuk menjaga pandangan mata dari sesuatu yang diharamkan. * Haji adalah tempat untuk mendidik jiwa untuk itsar (mendahulukan orang lain) dalam urusan duniawi) * Haji adalah tempat mendidik jiwa untuk memberi bantuan dan sedekah. * Haji adalah tempat mendidik jiwa untuk menerapkan amar ma'ruf nahi mungkar.

Sungguh haji merupakan pusat praktek nyata dan tempat pelatihan untuk menguji kepribadian seseorang.

39. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MEMBUKTIKAN TAQWANYA, karena tempat ketakwaan adalah hati, dan sebagian besar amalan haji itu bertumpu pada hati dengan derajat paling tinggi, oleh karena itulah Allah menyebutkan redaksi takwa dalam ayat-ayat haji, Allah berfirman: "Sempurnakanlah haji dan umroh itu untuk Allah" di akhir ayat disebutkan: "dan bertakwalah kalian pada Allah!" Dia juga berfirman: "Siapkanlah bekal (untuk haji), sungguh sebaik-baik bekal adalah taqwa".

40. MENDIDIK MANUSIA AGAR BERAKHLAK MULIA, yang merupakan sesuatu yang paling berat dalam timbangan amal di hari kiamat nanti, hal ini tampak dari firman-Nya: "Janganlah berdebat (kusir) dalam haji!". Maka anjuran untuk meninggalkan debat merupakan pendidikan untuk berakhlak mulia. Hal itu juga tampak pada anjuran Nabi SAW kepada para sahabatnya untuk tetap tenang ketika meninggalkan Arofah.






Hikmah Pelajaran Ibadah Haji (Bagian 2)


11. MENGAJARKAN PADA MANUSIA, AGAR MENYIAPKAN DIRI SEBELUM MELAKUKAN KETAATAN, oleh karena itu disunnahkan bagi yang ingin memulai ihrom, agar mandi, membersihkan diri, memotong kuku, membersihkan rambut kemaluan dan ketiaknya, dan memarfumi badannya, sebagaimana dituntunkan oleh Nabi -shollallohu alaihi wasallam-. Begitu pula ketika sudah tahallul awal dan akan melakukan thowaf ifadloh, disunnahkan baginya memakai parfum, sebagaimana dicontohkan oleh beliau. Tak diragukan lagi, tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap jiwa ketika menjalani ibadahnya, sekaligus menambah kekhusyu'annya.

12. MENGAJARKAN PADA MANUSIA UNTUK IKHLAS DAN TULUS HATI, yang keduanya adalah puncak amalan hati, dengan keduanya sebuah amal akan diterima dan mendapatkan tempat yang mulia di sisi-Nya.

13. MENGAJARKAN PADA MANUSIA UNTUK TAWAKKAL DAN MENYERAHKAN URUSANNYA HANYA PADA ALLOH SEMATA, terutama dalam menunaikan dan memudahkan ibadahnya. Lihatlah bagaimana seorang muslim yang datang dengan meninggalkan keluarga, anak, dan hartanya, tentunya ia akan menyerahkan urusan harta dan sanak keluarganya pada Tuhannya, ia juga tentunya banyak meminta permohonan pada-Nya dalam menjalani beratnya perjalanan, terutama mereka yang datang dari negeri jauh.

14. MENGAJARKAN MANUSIA UNTUK BERTAWAKKAL YANG BENAR, tentunya tawakkal yang tidak mengesampingkan usaha lahiriyah yang diperintahkan untuk mencari rizki, oleh karenanya Alloh berfirman: "Tidak ada masalah jika kalian ingin mengharapkan kemurahan (rizki) dari Tuhan kalian". Ayat ini turun pada mereka yang menyangka bahwa makna tawakkal adalah dengan meninggalkan berdagang dalam menjalankan ibadah haji.

15. MENGAJARKAN PADA MANUSIA UNTUK MEWUJUDKAN SEMUA AMALAN-AMALAN HATI. Sungguh tiada ibadah yang tampak padanya semua atau sebagian besar amalan hati seperti dalam meenjalankan ibadah haji ini. Banyak sifat yang terkumpul dalam ibadah haji ini seperti amalan ikhlas, ketulusan hati, roja', tawakkal, zuhud, waro', muhasabah, keyakinan dll"

16. MENDIDIK MANUSIA UNTUK MENUNDUKKAN HATI DARI APA YANG DIINGININYA, selama hal itu dilarang oleh syariat. Parfum, tutup kepala, dan semua larangan ihrom haruslah ditinggalkan pada saat melaksanakan ibadaholeh jama'ah haji padahal hatinya menginginkannya. Ia meninggalkannya bukan karena apa-apa, tapi karena syariat melarangnya.

17. MENGAJARKAN MANUSIA UNTUK TAAT DENGAN ATURAN DAN BATASAN SYARIAT. Hal ini nampak dalam aturan miqot dan batasannya, aturan waktu melempar, aturan waktu meninggalkan arofah, dll.

18. MENGAJARKAN PADA MANUSIA UNTUK MEMBUKA PINTU QIYAS YANG SHOHIH. Pelajaran berharga ini, bisa kita ambil dari ucapan Umar r.a. pada penduduk negeri Irak ketika mereka mengatakan: "Sungguh dua miqot itu, tidak pas dengan jalan kami", maka Umar r.a. mengatakan: "Ambillah tempat yang sejajar dengannya di jalan kalian" (muttafaqun alaih).

Dengan ini, seorang muslim tahu bahwa aturan syariat bukanlah aturan yang kaku, dan tak bisa dirubah sama sekali. Tapi terbuka juga dalam aturan syariat ini pintu qiyas, tentunya hal ini hanya dikhususkan bagi mereka yang memiliki syarat dan ketentuan dalam ber-ijtihad.

19. MENGAJARKAN PADA MANUSIA TENTANG RUKUN KEDUA DITERIMANYA SUATU AMALAN, yakni mengikuti tuntunan Nabi -shollallohu alaihi wasallam-. Oleh karena itu, beliau menyabdakan: "Ambillah cara manasik kalian dariku!" (muttafaqun alaih). Beliau juga mengatakan dalam kesempatan lain: "Melemparlah dengan kerikil yang seperti ini!". Begitu juga perkataan Umar r.a. pada hajar aswad: "Aku tahu, kau ini hanyalah sebuah batu, yang takkan mampu memberi manfaat atau mendatangkan bahaya, andai saja aku tidak melihat Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- menciummu, tentunya aku takkan menciummu" (muttafaqun alaih).

Dengan itu semua, seorang muslim akan lulus dari madrasah hajinya, dalam keadaan telah terbiasa mengikuti tuntunan Nabinya -shollallohu alaihi wasallam-, baik dalam hal yang besar, maupun yang paling kecil sekalipun.

20. MEMBERIKAN PELAJARAN AKAN MUDAHNYA AJARAN SYARIAT, sehingga keyakinan ini bisa tertanam dalam hatinya dan terasa ringan ketika menerapkannya. Hal ini, bisa terlihat dalam amalan-amalan berikut ini :

* Letak miqot yang menyebar dan terpisah-pisah, hingga memudahkan para jama'ah haji dalam memulai ihromnya. * Cara manasik ibadah haji yang bermacam-macam. * Adanya hukum khusus bagi para jama'ah yang lemah dan lanjut usia.

21. MENDIDIK MANUSIA, AGAR MEMPERHATIKAN ADANYA PERBEDAAN DIANTARA MEREKA. Sungguh tidaklah mereka berada pada derajat yang sama. Hal ini tampak pada adanya cara manasik haji yang bermacam-macam. Diantara mereka ada yang tidak mampu menunaikan hajinya, kecuali dengan cara ifrod. Diantara mereka ada yang hanya mampu melakukannya dengan qiron dan hal itu menjadi lebih mudah dan lebih utama baginya. Dan diantara mereka ada yang bisa menunaikan manasik dengan cara yang paling utama, yakni tamattu'.

Sungguh ini menunjukkan tingginya perhatian syariat pada keadaan, kemampuan, masalah, dan perbedaan mereka. Sekaligus merupakan bantahan bagi orang yang menuntut bersatunya umat dalam segala hal, baik dalam amalan maupun dalam hal kepentingannya.

22. MENGAJARI MANUSIA BAGAIMANA FIKHUL KHILAF DALAM KEHIDUPAN NYATA, hal itu tampak pada hal-hal berikut ini :

* Perbedaan para jama'ah dalam dalam memilih cara manasiknya. * Perbedaan para jama'ah dalam menjalani amalan yang dilakukan pada hari ke-10 bulan Dzulhijjah. * Perbedaan para jama'ah dalam hal dzikir yang dibaca ketika meninggalkan Mina menuju Arofah. Sebagaimana disebutkan, para sahabat dulu ada yang bertalbiyah, ada juga yang bertakbir. * Perbedaan waktu bolehnya beranjak dari Muzdalifah ke Mina, melihat keadaan masing-masing, bagi yang lemah ada waktu tersendiri, dan bagi yang kuat ada waktu tersendiri. * Perbedaan para jama'ah dalam memilih nafar awal atau nafar tsani untuk ibadah hajinya. * Perbedaan para jama'ah dalam memilih menggundul atau memendekkan rambutnya ketika hendak bertahallul.

Semua contoh di atas, mengajari para jama'ah bagaimana menyikapi perbedaan dan individunya. Sungguh, tidak ada nukilan tentang timbulnya cekcok atau tuduhan antara satu sahabat dengan sahabat lainnya, karena sebab memilih cara manasik tertentu, meski pilihan mereka adalah cara manasik yang kurang utama.

23. MENGAJARI MANUSIA, BAHWA TIDAK SEMUA YANG DITERANGKAN OLEH SYARI'AT ITU MUNGKIN DICERNA OLEH AKAL, tujuannya adalah agar syariat tetap menjadi pemegang kendali hukum di atas akal, bukan di bawahnya.

Dengan ini, seorang muslim akan terdidik untuk selalu menghubungkan dirinya dengan Allah dan ilmu-Nya, sekaligus melatihnya untuk berjiwa besar dan mau mengakui kelemahan dan kekurangannya.

24. MENGAJARI MANUSIA, BAHWA YANG PALING AFDLOL, ADALAH YANG SESUAI DG SYARIAT, bukan yang lebih berat dan susah, misalnya: Memulai ihram dari miqot, lebih utama dari pada memulainya dari tempat sebelumnya, meski itu lebih berat dan susah. Sehingga dengan ini, seorang muslim terdidik untuk memuliakan syariat dan memperhatikannya.

25. MELATIH MANUSIA, UNTUK TERBIASA TERTIB DAN TAAT ATURAN. Budaya tersebut bukanlah keistimewaan negeri kafir, sebaliknya itu merupakah nilai Islam yang telah kita abaikan. Nilai ini tampak dari hal-hal berikut:

* Harusnya tertib dalam menjalani amalan-amalan Umrah. * Sunnahnya tertib dalam menjalankan amalan-amalan pada hari ke-10 bulan dzulhijjah. * Harusnya tertib ketika melempar jamarot. * Tapi yang sungguh mengherankan, di zaman kita ini, justru ketertiban itu malah dijadikan cemoohan!

Hikmah Pelajaran Ibadah Haji (Bagian 1)



1. PENDIDIKAN UNTUK MENTAUHIDKAN ALLAH SWT, baik dalam ucapan maupun amalan, hal ini terlihat jelas dalam beberapa amalan berikut ini:

* Bacaan talbiyah, yang disebut juga dengan kalimat tauhid: Labbaikallohumma labbaik * Dimasukkannya dalam talbiyah kata: la syarika lak (tiada sekutu bagi-Mu). * Kata la syarika lak yang diulangi dua kali dalam bacaan talbiyah, ini menunjukkan adanya penekanan dalam hal tauhid. * Kata-kata: "Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk", maksudnya adalah: "Sesungguhnya semua pujian, segala nikmat, dan seluruh kekuasaan hanya bagi-Mu ya Allah", dan ini juga mengandung nilai tauhid. * Larangan thowaf di selain Ka'bah, itu artinya kita dilarang untuk thowaf di arofah, di jamarot, di pemakaman, tempat keramat, tempat bersejarah, dll. Ini semua bukti keyakinan kita, bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan itulah diantara bentuk nyata mentauhidkan Allah SWT.

2. PENDIDIKAN UNTUK BANYAK MEMUJI ALLAH SWT.
    Hal ini tampak pada kata hamdalah yang ada dalam talbiyah. Meskipun pada saat melaksanakan ibadah haji sedang dalam keadaan tertimpa musibah, didera cobaan, sakit, miskin, dan terasingkan mereka semua tetap memuji Allah, seakan-akan mereka dalam keadaan lapang, sehat, dan kuat Sungguh tak diragukan lagi, memuji Allah dianjurkan bagi setiap muslim, baik di saat suka, maupun duka.

3. PENDIDIKAN UNTUK SELALU MEMBASAHI LISAN DENGAN DZIKIR, ini tampak pada:

* Disunnahkannya membaca talbiyah hingga sampai di masjidil harom, atau sampai melihat ka'bah, atau sampai memulai thowaf. Meski para ulama berbeda pendapat tentang kapan harus mengakhiri talbiyah, tapi semua pendapat itu mengisyaratkan anjuran untuk memperbanyak talbiyah. * Saat thowaf, kita dianjurkan untuk memperbanyak doa, atau dzikir, atau pujian pada Alloh, dan semuanya merupakan bentuk dzikir. * Dalam sai juga demikian. * Doa di Hari Arofah yang berupa dzikir: "la ilaaha illallohu wahdahu. * Hari-hari di mina adalah hari untuk makan, minum, dan berdzikir. * Disyariatkannya melempar jumroh adalah untuk berdzikir mengingat-Nya. * Disunnahkan untuk membaca takbir dalam setiap lemparan kerikilnya.

Dan masih banyak lagi tempat dan kesempatan lain untuk memperbanyak dzikir dalam ibadah haji ini. Itu semua mengajarkan pada seorang muslim agar lisannya selalu basah dengan bacaan dzikir.

4. MENGAJARKAN KITA UNTUK MENGINGAT MATI, yaitu dari pengenaan kain kafan dalam pelaksanaannya. Dengan ini, seorang mukmin akan teringat dan merasakan bagaimana akhir hidupnya, sehingga hal itu akan mempengaruhi hati dan amalannya.

5. MENGAJARKAN MANUSIA UNTUK ZUHUD PADA DUNIA DAN KENIKMATANNYA. Baik dia seorang yang kaya, presiden, atau menteri, ia tidak akan mengenakan kecuali baju putih itu. Seandainya ia ingin mengenakan baju lain yang dimilikinya, tetap saja tidak diperbolehkan baginya.

6. MENDIDIK MANUSIA UNTUK QONA'AH, sekaligus memberi pelajaran bahwa kekayaan yang hakiki adalah pada sifat qonaah itu. Oleh karena itu, para jama'ah yang sedang melaksanakan ibadah haji dilatih untuk cukup hanya dengan mengenakan pakaian yang menutupi auratnya, cukup dengan tidur sekedar bisa menghilangkan lelah dan malas, dan cukup dengan makan sekedar bisa menopang tubuhnya.

7. MENGAJARKAN PADA MANUSIA, bahwa kekayaan duniawi tidaklah memiliki kedudukan di sisi Allah bila dilihat dari dzatnya. Oleh karena itu pelaksanaan ibadah haji sama-sama dalam pakaian dan amalannya. Adapun kekayaan, kefakiran, kedudukan, dan tempat tinggal mereka, sungguh hal itu tidak punya pengaruh apa-apa. Yang mempengaruhi mereka hanyalah keikhlasan dan mengikuti sunnah dalam beramal. Sungguh demi Allah, betapa banyak para masakin di tempat itu yang lebih mulia, dari mereka yang kaya dan memiliki kedudukan yang tinggi!!.

8. MENGAJARKAN PADA MANUSIA dasar Persatuan Islam, hal ini tampak dari seragamnya perbuatan, amalan, tempat, dan waktu mereka.

9. MENGAJARKAN PADA MANUSIA untuk sabar dalam menghadapi kemaksiatan, hal itu tampak pada hal-hal berikut ini:

* Sabar untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang ketika dalam keadaan ihram. * Sabar untuk tidak melakukan kefasikan, sebagaimana firman-Nya: "Barangsiapa berkewajiban menunaikan ibadah haji dalam bulan-bulan haji, maka janganlah ia berbuat fasik dan keji". Sehingga ketika ia pulang ke negerinya, ia telah terdidik dan terbiasa sabar dari segala kemaksiatan, sebagaimana ia sabar menghadapinya pada hari-hari itu.

10. MENGAJARKAN PADA MUSLIM untuk sabar dalam ketaatan. Dan barangsiapa mau merenungi masalah-masalah tentang haji, tentu ia akan menemukan makna ini. Hal itu terlihat diantaranya:

* Setelah melaksanakan ibadah haji,  jama'ah ingin bersegera kembali ke negerinya, ia tidak diperkenankan sebelum tanggal 12 dzulhijjah. * Pulangnya juga harus setelah melempar dan thowaf wada', meski ia berasal dari negeri yang jauh, tetap saja ia harus menjalani semua amalan ketaatan ini, baru setelah itu diperkenankan untuk pulang.

Penting untuk Dibaca : Proses Menjelang Keberangkatan Ibadah Haji.

Perjalanan menunaikan Ibadah Haji merupakan sebuah perjalanan yang panjang. Perlu suatu persiapan matang baik fisik maupun batin. Jamaah calon haji perlu untuk mengenali proses perjalanan Ibadah Haji untuk memperoleh gambaran tentang apa saja yang akan dijalani selama di Tanah Suci. Dengan memiliki gambaran akan hal itu, maka diharapkan jamaah haji akan memiliki suatu perencanaan yang matang, persiapan yang mantap, keteguhan mental, dan keihlasan hati yang sangat diperlukan dalam menempuh perjalanan panjang tersebut.

Di Tanah Suci pun, jamaah haji tak perlu kebingungan karena telah memiliki bekal pengetahuan mengenai urut-urutan perjalanan dan kegiatan Ibadah Haji. Berikut ini kami sajikan gambaran proses perjalanan dari tanah air. Pada artikel lanjutan, kami akan sampikan pula proses setibanya di di Tanah Suci, urutan proses Ibadah Haji, hingga akhirnya kembali ke tanah air. Semoga bermanfaat.

1. Persiapan. Persiapan adalah hal pertama yang mutlak diperlukan. Persiapan pertama menyangkut persiapan batin. Mulai dari membulatkan niat untuk beribadah haji, merapikan atau menyempurnakan Sholat Fardhu sampai Sholat Sunnah, memperbanya membaca Al Qur’an, doa, dzikir dan istigfar. Juga melatih dan meningkatkan kualitas bersabar, sebab para jamaah haji akan menghadapi banyak situasi sulit yang membutuhkan kesabaran panjang. Misalnya harus menghadapi perbedaan cuaca dan suhu udara, kebiasaan selama di negeri orang, makanan yang berbeda dari kebiasaan sehari-hari, berbaur dengan orang lain yang tentu saja memiliki tabiat dan kebiasaan yang macam-macam, jenuh menunggu, mengantri dan berdesakan, tiba-tiba terserang penyakit atau kondisi tubuh drop, dan fasilitas yang harus dipakai bersama.

Calon jamaah haji juga harus mengikuti manasik haji dan bersilaturahmi untuk saling memaafkan. Jika batin sudah dipersiapkan, persiapan fisik pun harus dijalankan demi kebugaran badan saat melakukan perjalanan dan ritual haji di Tanah Suci. Memeriksakan kesehatan, meminta imunisasi, dan berolahraga terutama latihan berjalan kaki jauh.

2. Memastikan dan mengepak barang-barang dan perlengkapan yang akan dibawa. Kopor, tas tentengan, tas pasport, kain Ihram, sajadah, semprotan air, payung, kaca mata hitam, alat mandi dan perawatan diri, pakaian, baju hangat, sabuk haji, mukena, kain sarung, baju gamis, kaos kaki, celana panjang, sandal, obat-obatan, tasbih, senter, kantong, alat mencuci dan menjemur, peralatan makan, baju seragam, peci, logo panitia, dan makanan kering.

3. Mengikuti latihan Manasik Haji. Mulai dari pra manasik, bimbingan manasik, pemantapan manasik, upacara pelepasan jamaah haji, hingga penataran yang diselenggarakan panitia Ibadah Haji.


4. Mengikuti rangkaian kegiatan di Asrama Embarkasi Haji. Antara lain menyerahkan SPMA (Surat Panggilan Masuk Asrama) kepada panitia, menerima kartu konsumsi dan nomor kamar, barang bawaan diperiksa pihak bea cukai dan kopor ditimbang dengan berat maksimal yang diijinkan 30 kilogram saja, memisahkan barang antara yang akan dipakai selama di pesawat dengan yang bisa disimpan di bagasi, masuk asrama dan mencari kamar sesuai nomor yang diperoleh, makan bersama, berbelanja keperluan di dalam kompleks asrama haji jika memang perlu, pemeriksaan ulang kesehatan yang dicantumkan dalam buku nerima pembagian dokumen yang terdiri dari PPH (Pasport Haji), Buku Kesehatan, Boarding- Pass, Bagage-Tag, dan tiket pesawat.

Selanjutnya pembagian uang bekal atau living cost untuk 33 hari guna memenuhi kebutuhan makan atau minum 30 hari, membeli buah-buahan, membayar dam, transportasi lokal jika ingin ziarah, ongkos pelayanan dan biaya tak terduga. Selain itu juga dibagikan gelang identitas, pengumuman dan pembekalan dari panitia, dan terakhir dilaksanakannya praktek manasik haji. Selama di asrama haji, sebaiknya gunakan waktu untuk istirahat, karena 24 jam berikutnya akan terbang menuju Tanah Suci. Aktivitas sebaiknya hanya shalat berjamaah di masjid dan istirahat, atau baca buku-buku panduan. Selama di asrama haji, akan mendapat jatah makan yang waktunya sudah ditentukan. Jangan melewati jadwal makan, karena ruang tempat makan akan ditutup jika melewati batas yang telah ditentukan.

5. Pemberangkatan menuju bandara. Jamaah haji mengikuti acara pelepasan di asrama embarkasi, naik bus yang telah disediakan panitia sesuai dengan regu dan kelompok, dan mengikuti perjalanan menuju bandara.

6. Berada di bandara. Proses yang harus dilalui antara lain pengecekkan PPH dan Boarding-Pass oleh petugas, di bandara jamaah masih dalam bus sampai pesawat telah siap untuk dinaiki. Setelah naik pesawat, duduk sesuai dengan nomor boarding Pass yang diberikan. Tas tentengan diletakkan di boks penyimpanan diatas kepala penumpang. Di dalam pesawat sebaiknya istirahat total karena perjalanan masih sekitar 10 jam.

7. Perjalanan di dalam pesawat. Kegiatan yang bisa dilakukan selama dlam pesawat terbang hanyalah duduk, tidur, makan, minum, ke toilet, berdoa, mengaji, baca buku manasik dan mengikuti pemeriksaan PPH. Sholat di pesawat juga bisa dilaksanakan dengan Tayamum dan sholat sambil duduk dibimbing TPHI/Pembimbing yang ditugasi. Dilarang mondar-mandir di dalam pesawat, jika ingin menggunakan fasilitas hendaknya mengikuti petunjuk yang ada atau meminta bantuan pramugari yang bertugas.

Kehidupan Pasca Haji

===== Haji Plus, Umrah

Ibadah haji adalah ibadah yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim baik pria dan wanita. kewajiban ini berlaku bagi mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. keberasaan haji sebagai suatu kewajiban telah diungkapkan dalam berbagai dalil, baik Al-Qur’an maupun Hadist Nabi Muhammad SAW. Di antaranya dalam surat Ali imran ayat 97 “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagai orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

Rangkaian pelaksanaan ibadah haji memang penuh dengan kegiatan simbolik, yang sesungguhnya memiliki makna kemanusiaan yang luar biasa mendalam. Penghayatan secara mendalam terhadap nilai-nilai dari semua rangkaian ritual ibadah secara terus menerus inilah selanjutnya menjadikan kemabruran haji kita terjaga dengan baik. Nilai-nilai tersebut diharapkan selalu menghiasi perilaku kehidupan pasca haji. Nilai-nilai tersebut adalah:

1. Ketauhidan yang kokoh dihati setiap muslim dan muslimah;

2. Rasa kesamaan dan kebersamaan saling menjaga dan memberi kasih sayang di antara sesama umat manusia;

3. Menyandang sikap tawakal sepenuhnya pada Allah;

4. Kesediaan berkorban pada setiap upaya meraih keberhasilan dalam setiap perjuangan, sehingga tidak pernah ada perjuangan tanpa pengorbanan, dan

5. Training secara istiqomah shalat berjamaah di Masjidil Haram maupun di Masjidil Nabawi. Semua nilai-nilai mulia ini diharapkan memberikan pengaruh (atsar) pada kehidupan selanjutnya pasca ibadah haji dilaksanakan. Pengaruh pada dirinya, keluarganya, dan masyarakat sekitarnya. Ketauhidannya semakin kokoh dalam langkah-langkah kehidupannya, rasa kasih sayangnya semakin kuat terhadap sesama manusia terutama terhadap kaum dhuafa, selalu siap berkurban dalam setiap perjuangan, dan selalu menjaga shalat ber-jamaahnya di masjid-masjid atau di mushalla.

Insya Allah.

Kata kunci pencarian:
kehidupan pasca haji
pasca haji


Posts Related to Kehidupan Pasca Haji

Persyaratan Daftar Haji / Umroh

Profile Travel Prima Saidah

Paket Haji ONH Plus

Layanan Badal Haji Oleh Travel Prima Saidah

Haji Merupakan Sarana Dzikrullah

==== Haji Plus, Umrah




Haji menjadi sarana Zikrullah. Setiap gerakan dan kegiatan selama menunaikan ibadah haji tidak pernah luput dari doa dan bacaan-bacaan yang mengandung pujian akan kemahabesaran, kemahakuasaan, dan kemahamurahan Allah SWT. Banyak sekali nilai yang terkandung didalam pelaksanaan ibadah haji, antara lain:

1. Haji dapat menghapus semua dosa kecil dan segala kesalahan;

2. Haji dapat membersihkan jiwa dan mengembalikannya kepada kesucian dan keikhlasan sehingga seseorang selalu memiliki motivasi untuk beribadah kepada Allah SWT;

3. Ibadah haji dapat meningkatkan kualitas keimanan seseorang dan komitmennya dengan Allah;

4. Perjalanan ibadah haji yang cukup berat akan menumbuhkan sikap sabar dalam menghadapi berbagai persoalan hidup yang semakin berat;

5. Ibadah haji adalah ibadah yang sangat penting dan menempati urusan ketiga setelah beriman kepada Allah dan jihad di jalan Allah SWT.



Posts Related to Ibadah Haji Merupakan Sarana Zikrullah

Pengertian Haji



Kiat Memilih Mitra Penyelenggara Travel Haji Dan Umroh


Jamaah Haji 2012 Mesti Lunasi Bulan Juli


Kehidupan Pasca Haji

===== Haji, Umrah Ibadah haji adalah ibadah yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim bak pria dan wanita. kewajiban ini berlaku bagi mereka yang telah memenuhi ...

Biro Perjalanan Haji dan Umrah Prima Saidah

Merupakan Perusahaan Biro Perjalanan Umroh & Haji Khusus yang berkantor pusat di Gedung Twink Lt 5 Jl Tendean 82 Jakarta, Kami adalah penyelanggara umrah travel ...

Tempat-Tempat Utama Ibadah Haji (Part 1)

Tempat-tempat yang bisa disinggahi jamaah haji saat menjalankan rukun Islam kelima dibagi menjadi dua. Yaitu tempat-tempat utama, yang wajib disinggahi, sebab di sanalah rangkaian atau urutan Ibadah Haji dilaksanakan. Yang kedua adalah tempat-tempat bersejarah yang meskipun bukan termasuk tempat rukun haji, tapi bisa dikunjungi jemaah haji maupun peziarah lainnya. Dalam artikel ini, khusus disuguhkan tempat-tempat utama pelaksanaan Ibadah Haji. Antara lain:

Makkah Al Mukaromah 


Di kota yang dalam lidah Indonesia sering disebut sebagai Mekah ini merupakan kota tempat berdirinya pusat ibadah umat Islam sedunia, yaitu Ka’bah yang berada di pusat Masjidil Haram. Dalam rangkaian ritual haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup ibadah ini ketika jemaah diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji, yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali.

Kota ini merupakan kota suci umat Islam dan tempat lahirnya Nabi Muhammad SAW. Menurut hukum pemerintah Arab Saudi, hanya kaum Muslim saja yang diijinkan masuk ke kota ini. Kota ini merupakan lembah sempit yang dikelilingi gunung-gunung dengan iklim gurun, sehingga rawan banjir. Namun kini pemerintah Arab Saudi sudah membenahinya. Suhu udara terpanas pada siang hari di kota Makkah bisa mencapai 41 derajat celcius. Sedangkan pada dini hari berkisar 24 derajat celcius.

Ka’bah sendiri merupakan monumen suci bagi umat Islam, merupakan bangunan hampir menyerupai kubus yang menjadi patokan arah kiblat atau arah patokan untuk hal hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti salat. Selain itu, juga merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim ibadah haji dan umroh. Beberapa pendapat mengatakan bahwa yang membangun Ka’bah adalah Malaikat, Adam dan Syits. Bangunan ini berukuran tinggi 13,10 meter, dengan sisi 11,03 meter kali 12,62 meter. Juga disebut dengan nama Baitullah. Bangunan ini pernah dipugar semasa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail hidup.

Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun dan belum diangkat menjadi Rasul, bangunan ini direnovasi akibat banjir bandang yang melanda Mekah. Pada saat menjelang Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, Ka’bah yang semula merupakan rumah ibadah agama monotheisme (Tauhid) ajaran Nabi Ibrahim berubah menjadi kuil pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala. Ka’bah akhirnya dibersihkan dari berhala ketika Nabi Muhammad SAW membebaskan kota Mekah tanpa pertumpahan darah dan dikembalikan sebagai rumah ibadah agama Tauhid (Islam).

Selanjutnya bangunan ini diurus oleh Bani Sya'ibah sebagai pemegang kunci, sedangkan pelayanan ibadah haji diatur oleh pemerintah sejak pemerintahan khalifah Abu Bakar, dilanjutkan Umar bin Khattab, lalu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, hingga kini oleh pemerintah kerajaan Arab Saudi. Pemerintah lah yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekah dan Madinah. Ka’bah pernah direnovasi beberapa kali lagi antara lain karena kebakaran akibat perang dan kerusakan akibat usia bangunan.

Arafah

Kota Arafah terletak di sebelah timur Kota Makkah dan juga dikenal sebagai pusat ibadah haji, yaitu tempat wukuf dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah tiap tahunnya. Wukuf adalah kegiatan utama dan inti dari ibadah haji. Bila dalam rangkaian kegiatan haji jemaah tidak dapat melaksanakan wukuf dengan baik, maka tidak sah ibadah hajinya. Wukuf dilaksanakan hanya pada satu hari (siang hari) dengan berdiam diri dan berdoa di padang luas di sebelah timur luar kota Mekkah, Arab Saudi ini. Wukuf adalah puncaknya haji dimana menjadi saat berkumpulnya seluruh jemaah, yang berjumlah jutaan, dari penjuru dunia dalam waktu bersamaan. Secara amaliah, wukuf Arafah mencerminkan puncak penyempurnaan haji.

Di Arafah inilah Rasulullah menyampaikan khutbahnya yang terkenal dengan nama khutbah wada’ atau khutbah perpisahan, karena tak lama setelah menyampaikan khutbah itu beliaupun wafat. Di saat itu, ayat Al-Qur’an, surat al-Maa’idah ayat 3 turun sebagai pernyataan telah sempurna dan lengkapnya ajaran Islam yang disampaikan Allah SWT melalui Muhammad SAW. Daerah ini berbentuk padang pasir luas yang dikelilingi bukit-bukit batu dan menjadi tempat berkumpulnya sekitar dua juta jemaah haji dari seluruh dunia.
Di luar musim haji, daerah ini tidak dipakai. Beberapa tempat utama di Arafah yang selalu dikunjungi jemaah haji adalah Jabal Rahmah, sebuah tugu peringatan yang didirikan untuk mengenang tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi dan Masjid Namira. Keadaan di Arafah merupakan replika keadaan di Padang Mahsyar, suatu tempat saat manusia dibangkitkan kembali dari kematian oleh Allah SWT untuk diadili.

Keutamaan Arafah adalah sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW ,”Do’a yang paling baik adalah doa di hari Arafah”. Sebab tidak ada hari paling banyak Allah menentukan pembebasan hamba-Nya dari neraka kecuali hari Arafah. Kini padang ini sudah ditanami dengan pohon-pohon. Di bawah pohon-pohon inilah dipasang tenda saat musim haji. Untuk mengurangi panas, setiap jarak 20 meter dipasang pipa setinggi 6 meter yang memancar air halus mirip gerimis, untuk menurunkan suhu sekitarnya dan dapat mengurangi jumlah jemaah yang terkena high stroke, kondisi dimana tiba-tiba menjadi lemas karena terik matahari.

 (bersambung)

==========
Link Terkait:
Tempat-Tempat Utama Ibadah Haji (Part 2)
Tata Cara Hari Arafah